A. Model Dakwah Bersèri
B. Model Dakwah Momentum
C. Model Dakwah Insidental
D. Model Dakwah Independen
Rabu, 22 Desember 2010
MODEL PENGEMBANGAN DAKWAH ISLAM DI JAWA BARAT
21.21
Bung Samsoel
Oleh Tim Penyusun Silabus Dakwah Jawa Barat
Sebagai sebuah gerakan persuasif, dakwah Islam seyogyanya dilakukan dengan sistematis, terencana (by-design), terpadu (integral) secara eksternal dan padu (integrated) secara internal. Penelitian-penelitian dakwah menunjukkan bahwa inefisiensi dan inefektifitas dakwah itu disebabkan, di antaranya, oleh kelemahan sistematika dan perencanaan. Dakwah masih cenderung dilaksanakan secara sendiri-sendiri tanpa bangunan sistemik yang mengorganisirnya dan masih cenderung “instan” dan spontan nyaris tanpa perencanaan.
Dalam situasi seperti itu, pengembangan dakwah berparadigma dan bermodel merupakan suatu tuntutan mendesak. Dakwah semestinya diselenggarakan di atas paradigma yang kokoh dan konsisten, sebagaimana ia juga semestinya dijabarkan dalam bentuk model-model kegiatan dakwah yang memiliki pijakan paradigma kuat dan sekaligus memiliki kesesuaian erat dengan situasi dan kondisi khas medan dan sasaran dakwah.
Jawa Barat, sebagai sebuah setting sosial medan dakwah, tentu saja memiliki karakter khas dan problema kehidupannya sendiri. Oleh sebab itu, paradigma dakwah dan model-model yang dikembangkannya harus sedapat-mungkin cocok dengan watak demografis, sosiologis, dan kultural Jawa Barat. Ia juga semestinya mampu memenuhi kebutuhan mendesak kehidupan masyarakat Jawa Barat—baik etnik Sunda, Jawa, Batak, Minang, dan pendatang lainnya—dalam membangun dirinya. Persoalan-persoalan kehidupan yang berkembang di Jawa Barat, sebagai sebuah dinamika budaya dan sosial, juga mesti diberikan treatment dakwah yang tepat dan mengena.
Dalam dataran silabus dakwah, model-model pengembangan dakwah itu dapat diklasifikasikan, sekurang-kurangnya, kepada empat model. Pertama, model dakwah yang berorientasi pada substansi atau isi ajaran Islam yang biasa disampaikan dalam bentuk dakwah bersèri (balagan dalam konteks pendidikan). Kedua, model dakwah yang berorientasi pada latar waktu dan ruang yang mengikuti hari-hari besar yang bisa disebut sebagai dakwah momentum. Ketiga, model dakwah yang bersifat sewaktu-waktu dan lebih banyak mengikuti tuntutan mad’u yang dapat dikategorikan sebagai dakwah insidental. Keempat, model dakwah yang tidak dipengaruhi apapun termasuk kondisi ruang dan situasi waktu, yang materinya bersifat serba-masuk dan bisa disebut sebagai model dakwah netral atau independen.
Dari setiap model di atas, para da’i dituntut untuk mengembangkannya lebih lanjut menurut pertimbangan situasi dan kondisi khalayak mad’u. Model dakwah bersèri yang diperuntukkan bagi masyarakat rural, misalnya, tentu akan memuat substansi ajaran Islam yang berbeda dari masyarakat urban. Di samping itu, penyusunan isi model dakwah berseri juga dituntut untuk mempertimbangkan penahapan (tadarruj) pesan Islam, prioritas kebutuhan mad’u, problema yang dihadapinya, tingkat penghayatan ajaran Islam, dan tingkat penalarannya.
Demikian juga model-model dakwah lainnya mesti didesain dengan memperhatikan situasi dan kondisi mad’u yang menjadi sasaran dakwah. Maka, model-model pengembangan dakwah yang diajukan di sini akan merupakan khazanah opsional yang dapat dipilih oleh para da’i sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan efektifitas dan efisiensi.
Terletak pada pusat pertimbangan model ini adalah substansi ajaran Islam sebagai pesan dakwah yang hendak disampaikan. Materi silabus dalam model dakwah bersèri mengacu pada bangunan ajaran Islam dan gradasinya sehingga tertata sebagai sebuah sajian pesan Islam yang sistematis dan mudah dicerna. Ia bisa bergerak dari ushûl ke furû', dari îmân ke islâm ke ihsân, dari pengenalan ke pamahaman ke pengamalan, atau dari yang paling mendesak (hâjiyyât) ke yang paling bisa ditunda (tahsîniyyât), sesuai dengan tuntutan ajaran Islam dan tuntutan kondisi sosial.
Masih menyangkut materi, para da'i seyogyanya tidak memasuki ranah pendidikan. Mereka mesti membatasi dirinya pada konteks dakwah, bukan pendidikan. Dengan demikian, materi ajaran Islam yang disampaikan dalam bidang ibadah, misalnya, lebih merupakan appeal (seruan) bukan kaifiyat (tata cara) untuk beribadah. Tujuan dakwah dalam hal ini adalah menarik umat Islam untuk rajin beribadah, bukan mengajari mereka untuk mengetahui tata cara beribadah.
Model dakwah bersèri dapat digunakan pada berbagai forum dakwah rutin dan reguler, terutama apa yang disebut dengan khithâbah dîniyyah. Silabus dakwah bersèri ini merupakan bahan yang cocok digunakan untuk khtubah Jum’at dan majelis ta’lim yang diselenggarakan secara rutin. Termasuk model dakwah ini juga cermah tarawih yang diselenggarakan secara berèsri sepanjang bulan suci Ramadhan atau rangkaian dakwah lain yang diselenggarakan secara bersèri. Model ini juga berguna untuk silabus berbagai pengajian reguler bersèri yang banyak dilaksanakan di kantor-kantor, darma wanita, perbankan, perhotelan, pusat industri, mal, sekolah, perguruan, dan lembaga-lembaga lain yang memanfaatkan forum dakwah sebagai salah satu wahana pembinaan anggotanya.
Substansi model dakwah bersèri disusun menurut pembidangan ajaran Islam. Ia merepresentasikan bidang akidah, ibadah, mu’amalah, syari’ah, dan akhlak. Pada tingkat topik, kelima bidang tersebut dirinci secara lebih spesifik. Bidang akidah, sebagai misal, dapat diturunkan menjadi tauhid, risâlah/nubuwwah, alam ghaib, akhirat, dan sistem keimanan lainnya. Ibadah dalam hal ini tentu saja diambil makna khususnya sebagai ‘ibâdah mahdhah yang kemudian dapat diturunkan dalam detail berbagai ritus Islam. Demikian pula seterusnya, bidang mu’amalah, syari’ah, dan akhlak dapat dirinci secara lebih menukik.
Perlu dicatat bahwa pembidangan materi dakwah tidak mengikuti pembidangan ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu kalam, ilmu dakwah, dan semacamnya. Hal ini dilakukan karena terma-terma keilmuan itu lebih mengisyaratkan fun (bidang) keilmuan dan tidak merepresentasikan materi ajaran Islam. Secara demikian, terma-terma keilmuan lebih pas dikembangkan dalam wacana pendidikan, bukan dalam wacana dakwah. Apa yang dimanfaatkan dalam kegiatan dakwah adalah pesan-pesan ajaran Islam yang dihasilkan oleh ilmu-ilmu tadi, bukan ilmu itu sendiri. Maka, pemilahan materi dakwah tidak mengikuti pembidangan ilmu agama Islam, melainkan pembidangan ajaran agama Islam.
Pada tingkat rincian spesifik inilah materi dakwah kemudian dapat disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan mad’u dan medan dakwah yang bersangkutan. Dan pada tingkat implementasinya, sekali lagi, model dakwah bersèri ini menuntut kejelian dan kearifan setiap da’i dalam memilih topik tertentu yang sesuai dengan watak khas mad’u yang menjadi sasaran dakwahnya.
Berikut adalah beberapa contoh model dakwah bersèri sebagai bahan untuk pengembangan lebih lanjut:
No.
Topik
Deskripsi
Rujukan Dasar
1.
Tauhid dalam Aqidah, Ibadah, dan Tingkah Laku
Topik ini menjelaskan tentang kesatuan tauhid dalam aqidah, ibadah dan tingkah laku sebagai tiga dimensi yang tak terpisahkan dalam keyakinan Islam. Tujuan utamanya disamping memberikan informasi mengenai makna tauhid dalam aqidah, ibadah, dan tingkah laku, juga untuk memberikan pemahaman bahwa ketiga dimensi tauhid tadi satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Untuk itu, topik ini menyajikan pokok-pokok bahasan sebagai berikut: makna tauhid dalam pendekatan etimologis dan terminologis, ruang lingkup tauhid, pengertian tauhid dalam aqidah; pengertian tauhid dalam ibadah; pengertian tauhid dalam tingkah laku, dan; kesatuan tauhid dalam aqidah, ibadah, dan tingkah laku.
a. QS. Al-Jatsiyah (45): 23
b. QS. Al-Baqarah (2): 14
c. QS. Al-Zumar (39): 38
d. QS. Al-Taubah (9): 31
e. QS. Al-An'am (6): 162-163
2.
Pendekatan dalam Beraqidah
Topik ini menjelaskan tentang pendekatan-pendekatan dalam beraqidah. Tujuannya agar jamaah dapat mengenal dan memahami ragam pendekatan dalam membangun kekuatan aqidahnya. Untuk itu, topik ini menyajikan pokok-pokok bahasan sebagai berikut: pengertian pendekatan dalam beraqidah; urgensi mengenal dan memahami ragam pendekatan dalam beraqidah; pendekatan melalui dalil-dalil naqli dalam beraqidah; pendekatan melalui dalil-dalil aqli dalam beraqidah; kelemahan-kelemahan pendekatan melalui dalil-dalil aqli dalam beraqaidah; perpaduan pendekatan melalui dalil naqli dan dalil aqli dalam berqidah.
a. QS. Al-Baqarah (2): 164
b. QS. Al-Baqarah (2): 22
c. QS. Al-Ghasyiyah (88): 17-20
d. QS. Al-Ikhlash (112): 1-4
e. QS. An-Nisa (4): 36
f. QS. Al-A'raf (7): 59
g. QS. An-Nahl (16): 36
h. QS. Al-Haj (22 : 77
i. QS. Al-Mu'minun (23): 32
3.
Iman kepada Allah
Topik ini menjelaskan tentang pokok dari segala pokok keimanan dalam Islam, yakni iman kepada Allah. Tujuannya untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang hal-ikhwal yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah. Untuk itu, topik ini menyajikan pokok-pokok bahasan sebagai berikut: pengertian iman kepada Allah; eksistensi Allah; nama-nama Allah; sifat-sifat Allah; manifestasi keimanan kepada Allah, dan; hikmah Keimanan kepada Allah,
a. QS. Thaha (20): 14
b. QS. Al-An'am (6): 102
c. QS. Al-A'raf (7): 180
d. QS. Al-Hasyr (59): 24
e. QS. Ar-Rum ((30): 19
f. QS. Al-Fatihah (1): 5
g. QS. Ali Imran (3): 26-27, 160
h. QS. Fathir (35): 13
i. QS. Al-Baqarah (2): 157
j. QS. Ar-Ra'd (13): 26
k. QS. Asy-Syu'ara (26): 79-80
4.
Iman kepada Para Malaikat
Topik ini menjelaskan tentang keimanan kepada para malaikat sebagai cabang dari keimanan kepada Allah. Tujuan utamanya untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang hal-ikhwal yang berkaitan dengan keimanan kepada para malaikat. Untuk itu, topik ini menyajikan pokok-pokok bahasan: pengertian malaikat; eksistensi malaikat; kedudukan malaikat di hadapan Allah SWT.; tugas-tugas malaikat; sifat-sifat malaikat; kaitan keimanan kepada para malaikat dengan keimanan kepada Allah, dan; hikmah beriman kepada para malikat.
a. QS. Al-Baqarah (2): 285
b. QS. Al-Baqarah (2): 1-3
c. QS. An-Nahl (16): 49-50
d. QS. Al-Infithar (82): 10-12
e. QS. Asy-Syu'ara(26): 192-194
f. QS. As-Sajdah (32): 11
g. QS. Fushilat (41): 30
h. QS. 'Abasa (80): 13-16
i. QS. At-Takwir (81): 19-21
j. QS. Al-Waqi'ah (56): 77-80
k. QS. Al-Anbiya (21): 26-27
Model dakwah momentum berorientasi pada perjalanan waktu dan events yang terjadi pada ruang tertentu. Ia tidak mengikuti gradasi penahapan karena model ini bukan diperuntukkan bagi kegiatan dakwah rutin. Ia disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dakwah pada hari-hari besar, baik khas Islam maupun kebangsaan (national days) atau bahkan antarkebangsaan (international days).
Silabus dakwah model momentum dapat dipergunakan untuk berbagai bentuk dakwah khithâbah ta’tsîriyyah. Ia dapat menjadi bahan bahasan yang cocok untuk tabligh dalam kerangka peringatan tahun baru Islam, maulid nabi, isra mi’raj, nuzulul qur’an, ‘idul fitri, halal-bi halal, ‘idul adha, dan hari-hari besar Islam lainnya. Ia juga merupakan bahan yang tepat untuk peringatan hari kemerdekaan, hari kartini, hari ibu, hari pendidikan, hari kebangkitan, hari natal, hari kenaikan Isa al-masih, hari wafat Isa al-masih, hari waisak, hari yepi, hari sumpah pemuda, hari TNI, hari pahlawan, hari kesaktian pancasila, tahun baru masehi, hari anti-rokok, hari anti-aids, hari anti-narkoba, hari HAM, hari bumi, hari lingkungan hidup, dan hari-hari besar lain baik nasional maupun internasional.
Materinya yang dikembangkan pada model dakwah momentum adalah segi ajaran Islam yang sejalan dengan fokus perhatian pada momen yang berkaitan. Untuk semua event di atas, baik keislaman, nasional, maupun internasional, Islam memiliki pesan-pesan khas yang bisa ditawarkan untuk kepentingan kemaslahatan dan keselamatan manusia. Tentang hari natal, misalnya, Alquran memuat banyak pesan Islam ihwal duduk-perkara kelahiran Nabi Isa sebagai seorang rasul Allah, dan penjelasan ini sangat diperlukan untuk keamanan iman umat Islam sendiri dan untuk pencerahan bagi pemeluk agama lain. Dengan demikian, bukan hal tabu bagi seorang da’i untuk membicarakan setiap peristiwa dalam momennya yang pas, sepanjang mereka membahasnya secara adil dan proporsional menurut penjelasan wahyu dan tidak terjebak pada sikap apologetik apalagi etnosentrik.
Mad’u dalam model dakwah momentum akan sangat bervariasi sesuai dengan event itu sendiri. Setiap event terdapat penggemar dan peminatnya, sehingga sejak awal da’i sudah bisa meneropong corak khas mad’u yang akan dihadapinya. Oleh karena itu, materi yang disiapkan dalam kerangka dakwah momentum ini mengikuti selera mad’u dengan segala kekhasannya.
Berikut adalah beberapa contoh model dakwah momentum sebagai bahan untuk pengembangan lebih lanjut:
No.
Topik
Deskripsi
Rujukan Dasar
1.
Makna Kelahiran Nabi Muhammad saw.
Topik ini membicarakan tentang hal ikhwal kelahiran Nabi Muhammad saw. Tujuannya disamping memberikan informasi mengenai sejarah kelahiran Nabi saw., menambah keyakinan jamaah akan status kerasulan Muhammad saw., juga mengajak jamaah untuk memahami dan menghayati pentingnya makna kelahiran Nabi saw. bagi keselamatan umat manusia. Untuk itu, topik ini menyajikan pokok-pokok bahasan sebagai berikut: isyarat kelahiran Nabi saw. dalam Alqur'an; suasana masyarakat Arab menjelang kalahiran Nabi saw.; detik-detik kelahiran Nabi saw.; sikap masyarakat Arab atas kelahiran Nabi saw.; pertumbuhan Nabi Muhammad saw. di tengah masyarakat Arab; sisi-sisi kemanusiaan Nabi Muhammad saw.; kepastian status kerasulan Nabi Muhammad saw. dalam Alqur'an, dan; makna kelahiran Nabi saw. bagi perubahan masyarakat Arab khususnya dan manusia pada umumnya.
QS. 2: 129
QS. 61: 6
QS. 5: 3
QS. 3: 31-32, 164
QS. 28: 50
2.
Meneladani Akhlak Rasulullah saw.
Topik ini membicarakan tentang ragam sikap dan perilaku Nabi Muhammad saw. dalam kehidupan di masyarakat. Tujuan utamanya untuk memberikan pengetahuan kepada jamaah mengenai ragam sikap dan perilaku Nabi saw. yang terpuji. Selain itu, ia juga bertujuan mengkondisikan dan mengajak jamaah untuk meneladani sikap dan perilaku Nabi saw. dalam kehidupan sehari-hari di masyaralat. Untuk itu, topik ini menyajikan pokok-pokok bahasan sebagai berikut: Nabi saw. sebagai teladan ideal kehidupan seorang muslim, ragam sikap dan perilaku Nabi saw. dalam Alqur'an, pujian Allah kepada akhlak Nabi saw., perintah Allah untuk meneladani akhlak Nabi saw. dalam Alqur'an.
QS. 3: 164
QS. 8: 20-24
QS. 41: 26
QS. 6: 153
QS. 39: 17-18
QS.46: 32
3.
Toleransi Islam (Momen Isa al-masih)
Topik ini menjelaskan konsep toleransi yang dikehendaki Islam yang bias disampaikan dalam peringatan Isa al-masih. Ia bertujuan membuka kelapangan dada kaum beriman untuk membangun persaudaraan sejati dan dengan tanpa mengorbankan keimanan. Untuk itu, ia menguraikan: makna toleransi yang benar, toleransi yang keliru, batas-batas toleransi, siapa sasaran toleransi, konteks toleransi, hikmah di balik toleransi, hubungan antara toleransi dan syiar Islam, hubungan antara toleransi dan dakwah.
QS. 22:78
QS. 3: 85, 102, 164
QS. 10: 72, 84
QS. 2: 128, 132, 173, 185
QS. 7: 157-8
QS. 5: 3
QS. 9: 91
QS. 24: 61
Hadits ttg larangan menyulitkan diri.
Hadits ttg kelapangan hati.
4.
Renungan Rukun Islam (Momen kesaktian Pancasila)
Topik ini menganatomi rukun Islam dan menjelaskan berbagai maknanya. Ia bisa disampaikan pada peringatan hari kesaktian Pancasila, misalnya. Ia bertujuan membawa mad’u para permenungan spiritual berkenaan dengan kesempurnaan Islam dan keniscayaan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai Allah. Untuk itu, topik ini mengurai: makna Islam, kesempurnaan Islam, keharusan bersyukur atas anugrah Islam, taat pada Rasul sebagai ekspresi keislaman, sabar dan shalat sebagai manifestasi Islam, dzikir dan shalat sebagai jantung keislaman, zakat menyucikan diri, puasa menempa diri, haji sebagai syiar Islam dan tanda kesempurnaan keberislaman, dan sosok pribadi seorang Muslim.
QS. 5: 3
QS. 93: 1
QS. 3: 31, 180
QS. 4: 80
QS. 2: 153, 183
QS. 29: 45
QS. 70: 19-22, 24-25
QS. 59: 9
QS. 9: 103
QS. 30: 38
5.
Nilai Penting Shalat (Momen Isra Mi'raj)
Topik ini menegaskan kedudukan shalat dalam sistem ajaran Islam. Ia bertujuan untuk menggambarkan betapa perlunya seorang muslim menegakkan shalat dan membujuk mereka yang masih malas menegakkan shalat. Untuk itu, topik ini mengurai: hakikat shalat, hikmah shalat, nilai strategis shalat dalam sistem keimanan dan keislaman, ringannya menunaikan shalat, shalatnya orang munafik, cara membangun kekhusyuan dalam shalat, menepis godaan syetan untuk meninggalkan shalat, besarnya faidah shalat, besarnya pahala shalat, shalat sebagai penolong dari berbagai problem kehidupan, shalat sebagai ruang konsultasi kepada Allah, dan shalat sebagai sumber kesejahteraan dan keselamatan.
QS. 2: 45, 46
QS. 29: 45
QS. 4: 142
QS. 23: 1-2, 10-11
Hadits: Awwal mâ yuhâsab yaum al-qiyâmah...
Berbagai hadits tentang shalat.
Di samping ada events yang bersifat lebih pasti karena sudah memiliki hari/tanggal tertentu, ada pula kejadian-kejadian yang bersifat insidental yang terjadi sewaktu-waktu. Oleh sebab itu, selain model dakwah momentum di atas, ada pula model dakwah insidental sebagai sebuah tuntutan untuk menyantuni keperluan siraman rohani pada saat-saat ada kejadian khusus. Jika peristiwa-peristiwa momentum lebih beradasar pada kehidupan sosial, peristiwa-peristiwa insidental ini lebih berdasar pada berbagai gejala alam, termasuk life-cycles manusia sebagai salah satu elemen alam, meski dakwahnya itu sendiri merupakan sebuah kehidupan sosial.
Model dakwah insidental disiapkan untuk khutbah, ceramah, taushiyah, atau siraman rohani Islam yang biasa diselenggarakan pada peristiwa-peristiwa insidental. Rata-rata durasi dakwah insidental pendek saja, meski ada pula yang relatif panjang. Dakwah insidental ini meliputi khutbah gerhana bulan, khutbah gerhana matahari, dan khutbah shalat istisqa. Ia juga cocok dipergunakan untuk siraman rohani ketika terjadi musibah sakit dan syukuran kesembuhan, kecelakaan, kebakaran, atau bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, dan banjir. Ia juga dapat menjadi bahan siraman rohani pada upacara kematian, tahlilan, dan haul, sebagaimana juga cocok untuk berbagai ritus seputar kehamilan dan kelahiran, yang meliputi empat bulanan, tujuh bulanan, aqiqah dan syukurannya, dan ulang tahun kelahiran. Model ini bisa juga dimanfaatkan untuk bahan tabligh pada syukuran khitanan, walimah pernikahan, dan ulang tahun perkawinan, sebagaimana ia juga merupakan bahan yang bisa dikembangkan dalam taushiyah syukuran haji, yukuran nikmat, syukuran kerja, syukuran kenaikan pangkat, syukuran rejeki nomplok, dan syukuran lainnya.
Materinya yang dikembangkan pada model dakwah insidental adalah, tentu saja, segi ajaran Islam yang sejalan dengan fokus perhatian pada peristiwa yang menyertainya. Untuk semua peristiwa tadi, sejak gerhana ke kelahiran ke kematian hingga syukuran, Islam memiliki pesan-pesan khas yang bisa ditawarkan untuk kepentingan kemaslahatan duniawi dan keselamatan ukhrawi.
Mad’u dalam model dakwah insidental akan sangat bervariasi sesuai dengan peristiwa alam itu sendiri. Bagi setiap kejadian terdapat mustami’ yang merasa concerned, sehingga sejak awal da’i sudah bisa meneropong corak khas mad’u yang akan dihadapinya. Oleh karena itu, materi yang disiapkan dalam kerangka model dakwah insidental, sebagaimana juga pada kerangka model dakwah momentum, dituntut untuk secara spesifik sejalan dengan karakteristik mad’u yang turut berpartisipasi.
Berikut adalah beberapa contoh model dakwah insidental sebagai bahan untuk pengembangan lebih lanjut:
No.
TOPIK
DESKRIPSI
RUJUKAN DASAR
1.
Tobat dan Istigfâr (Gerhana)
Topik ini mengajak mad'u untuk memetik hikmah peristiwa alam berupa gerhana dengan cara berintrospeksi mengenai dosa-dosa dan kesalahan yang diperbuat selama menempuh kehidupan. Ia bertujuan untuk mengembalikan kesucian manusia dan membangun kesadaran akan kebesaran Allah dan kekerdilan dirinya. Untuk meraih tujuan itu, topik ini dikembangkan dengan topik pembicaraan yang meliputi rahasia gerhana dan peristiwa alam lainnya, gerhana sebagai tanda kebesaran Allah, gerhana sebagai peringatan akan kemungkinan kiamat, sikap mukmin mengahadpi gerhana, pertobatan dan istigfar sebagai sebuah peluang memperbaiki diri untuk siap menghadapi kiamat atau kematian dan kebangkitan yang mengikutinya.
QS. 9: 111
QS. 2: 102, 103, 208
QS. 39: 15
QS. 92: 4
QS. 59: 19
QS. 71: 10-12
2.
Mengingatkan Nikmat Iman (saat ditimpa musibah)
Topik ini mengajak mad’u untuk merenungkan anugrah Allah berupa keimanan yang merupakan kunci keselamatan. Ia bertujuan mengkondisikan mad’u agar mereka bersyukur kepada Allah atas nikmat keimanan dan mewujudkan nilai-nilai keimanan itu dalam bentuk kesalehan hidup. Untuk itu, topik ini mengurai: sistem keimanan yang benar, keimanan sebagai wasiat para nabi, kekufuran dan kemusyrikan sebagai lawan keimanan, persatuan sebagai manifestasi iman, kesediaan mukmin untuk beribadah dan beramal saleh, dan keyakinan akan kehendak mutlak Allah.
QS. 42: 13
QS. 3: 164
QS. 6: 153
QS. 18:50
QS. 47: 38
QS. 5: 54.
Hadits tentang kisah Bilal bin Rabah.
Hadits ihwal kedatangan Jibril kepada Muhammad saw mengajarkan iman.
3.
Memohon Rahmat Allah (Istisqa)
Topik ini membahas keperluan manusia akan rahmat Allah, khususnya signifikansi air bagi kehidupan. Ia bertujuan untuk menyadarkan manusia bahwa kemarau yang melandanya tiada lain kecuali kehendak Allah dan hanya Allah yang berkuasa untuk menurunkan hujan sebagai symbol rahmatnya. Untuk tujuan tersebut, topik ini meliputi pembahasan pesan-pesan Islam seputar urgensi rahmat Allah bagi kehidupan manusia, cara Allah menurunkan rahmatnya untuk manusia, hamba-hamba Allah yang berhak atas rahmat-Nya, ketaatan sebagai pengundang rahmat, maksiat sebagai pengusir rahmat-Nya, dan sikap apa yang mesti diambil manusia pada saat-saat membutuhkan rahmat Allah, sedangkan manusia senantiasa membutuhkan rahmat-Nya sepanjang kehidupan.
QS. 35: 15-17
QS. 25: 48-50
QS. 56: 68-70
QS. 11: 52
QS. 7: 130
QS. 6: 42-43
Masih ada kesempatan ketika dakwah terlepas dari pertimbangan kerutinan, momentum, dan kejadian insidental. Untuk kesempatan seperti ini, diperlukan sebuah silabus dengan mengikuti model dakwah tersendiri yang bersifat independen. Model dakwah independen bersifat netral karena tidak dipengaruhi apapun termasuk bebas dari kondisi ruang dan situasi waktu.
Materi yang dikembangkan dalam model dakwah independen bersifat serba-masuk dan serba-cocok. Bahan pembicaraan model dakwah independen, karena tidak dipengaruhi apapun, dapat merupakan sembarang aspek dari ajaran Islam. Ia juga, karenanya, dapat mengacu pada berbagai bidang ajaran Islam dan merujuk pada berbagai sumber ajaran Islam, sejak Alquran, hadits, turâts hingga pemikiran Islam kontemporer.
Model dakwah independen dapat dipergunakan sebagai persediaan muballigh dalam rangka berjaga-jaga jika ia didaulat untuk bertabligh secara impromt-to. Dengan memiliki silabus dakwah bermodel independen ini, sang muballigh senantiasa dalam keadaan stand-by untuk menyampaikan pesan-pesan Islam pada sembarang waktu di sembarang tempat dan dalam rangka sembarang okasi. Dengan kata lain, silabus model dakwah independen bisa dimanfaatkan untuk bahan dakwah anytime (kapan saja), anywhere (di mana saja), any event (acara apa saja), dan before anyaudience (di hadapan pemirsa siapa saja).
Berikut adalah beberapa contoh model dakwah independen sebagai bahan untuk pengembangan lebih lanjut:
No.
TOPIK
DESKRIPSI
RUJUKAN DASAR
1.
Oposisi Islam
Topik ini menggambarkan berbagai hal yang berlawanan dengan jati diri Islam. Ia bertujuan mengingatkan mad’u akan berbahaya yang bisa melunturkan atau bahkan menggugurkan nilai-nilai keislaman. Untuk itu, topik ini mengurai: ancaman irtidâd dan cara mewaspadainya, berbagai jalan yang sesat, berbagai sistem hidup yang bertolak belakang dengan Islam, mencemooh Islam, islamophobia, mengabaikan hukum Islam, keberislaman semu dan palsu, keniscayaan dan kesempatan bertobat, dan jaminan keteguhan Islam bagi Muslim sejati.
QS. 2: 217
QS. 6: 153
QS. 9: 5, 11, 65-66
QS. 5: 44
QS. 4: 60, 65
QS. 74: 42-43, 48
QS. 60: 10
QS. 47: 25-28
2.
Menyepelekan Shalat
Topik ini menjelaskan adanya kecenderungan manusia untuk menyepelekan nilai shalat. Ia bertujuan menyalakan lampu kewaspadaan kepada kaum beriman agar terhindar dari kecenderungan menyepelakan shalat. Untuk itu, topik ini mengurai: bentuk-bentuk menyepelekan shalat, bahaya mengecilkan arti shalat, mempermainkan shalat menodai aqidah, generasi anti-shalat, kecelakaan bagi pelalai shalat, harta dan anak melalaikan orang dari shalat, melalaikan shalat menutup pintu rizki dan kesejahteraan.
QS. 19: 59-60
QS. 63: 9
QS. 107: 4-5
QS. 65:2-3
Hadits: Awwal mâ yuhâsab yaum al-qiyâmah...
3.
Nilai Keadilan dan Macam-macamnya
Topik ini menguraikan hakikat keadilan, macam-macamnya, dan nilai pentingnya sebagai sebuah ajaran Islam. Ia bertujuan memikat mad’u untuk peka terhadap keadilan dalam berbagai bentuknya dan bersedia bersikap adil. Untuk itu, topik ini mengurai: keadilan sebagai perintah Allah, keharusan menyampaikan amanah, keadilan dalam memutuskan hukum, Alquran sebagai kitab rujukan keadilan, adil sebagai khalifah, adil dalam mengurus keluarga menghindari nepotisme, adil dalam berkomunikasi, bersikap adil merupakan bukti keluhuran Islam, adil menghadapi yang zhalim, adil melawan kejahatan, adil dalam berperang sekalipun, dan keadilan sebagai pwerwujudan ketakwaan.
QS. 16: 90, 126
QS. 4: 19, 58, 129, 135
QS. 5: 2, 8, 49
QS. 38: 26
QS. 6: 115, 152
QS. 42: 40
QS. 22: 60
QS. 2: 109, 194
QS. 49: 9
QS. 8: 58
QS. 12: 40
Hadits: Inn al-Muqsithîn ‘ind al-Lâh ‘alâ manâbir min nûr, al-ladzîna ya’dilûn fî hukmihim wa ahlihim wa mâ wallau.
4.
Nilai Penting Shalat
Topik ini menegaskan kedudukan shalat dalam sistem ajaran Islam. Ia bertujuan untuk menggambarkan betapa perlunya seorang muslim menegakkan shalat dan membujuk mereka yang masih malas menegakkan shalat. Untuk itu, topik ini mengurai: hakikat shalat, hikmah shalat, nilai strategis shalat dalam sistem keimanan dan keislaman, ringannya menunaikan shalat, shalatnya orang munafik, cara membangun kekhusyuan dalam shalat, menepis godaan syetan untuk meninggalkan shalat, besarnya faidah shalat, besarnya pahala shalat, shalat sebagai penolong dari berbagai problem kehidupan, shalat sebagai ruang konsultasi kepada Allah, dan shalat sebagai sumber kesejahteraan dan keselamatan.
QS. 2: 45, 46
QS. 29: 45
QS. 4: 142
QS. 23: 1-2, 10-11
Hadits: Awwal mâ yuhâsab yaum al-qiyâmah...
Berbagai hadits tentang shalat.
5.
Ihwal Memelihara Shalat
Topik ini menjelaskan mengapa shalat mesti dipelihara dan bagaimana cara memeliharanya. Ia bertujuan mengingatkan mad’u untuk memelihara kedisiplinan menunaikan shalat. Untuk itu, topik ini mengurai: alasan pentingnya memelihara shalat, kecelakaan fatal bagi yang lalai shalat, mengabaikan shalat sebagai kecenderungan seorang munafik, bahaya riya dalam shalat, pewarisan semangat shalat, shalat dan keseimbangan hidup, signifikansi shalat sunat bagi pemeliharaan shalat fardhu, menguatkan gairah shalat dengan amal shaleh, shalat yang terpelihara dapat memelihara orang dari kejahatan (baik sebagai subyek maupun obyek), dan kebahagiaan sejati bagi para penegak shalat.
QS. 2: 238
QS. 107: 4-5
QS. 4: 142
QS. 14: 40
QS. 19: 31, 55, 58-59
QS. 17: 78-79
QS. 11: 114
QS. 20: 132
QS. 74: 42-47
QS. 75: 31-33
QS. 8: 2-3
Hadits: Ju’ilat qurrah ‘ainî fi al-shalâh.
Model-model dakwah ini harus dikembangkan lebih lanjut oleh para da'i, berdasar pada asumsi bahwa para da'i memiliki potensi kreatifitas dan improvisasi dan bahwa para da'i lebih memahami mad'u dan medan dakwahnya. Ia didesain sedemikian rupa agar para da'i berkesempatan untuk mengembangkan kreativitas, ketajaman, pemahaman, dan kematangan berpikirnya dalam memilih topik yang mengena untuk sebuah acara dakwah yang akan dilakukannya. Secara demikian, model dakwah ini lebih merupakan tawaran yang potensial untuk dikembangkan lebih jauh, dan bukan sebuah "diktat" yang dipaksakan dan dijejalkan kepada para da'i, sehingga ia tidak akan memberangus kreativitas dan memasung naluri dakwah para da'i yang diasumsikan lebih menguasai medan dakwah dan mad'unya sekaligus.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar